A.
Telaah Pustaka
1.
Pemberdayaan Karyawan (employee empowerment)
a.
Pengertian Pemberdayaan Karyawan
Pemberdayaan berasal
dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya
memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki
kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai
daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan
terjemahan dari empowerment.
Pemberdayaan berarti memampukan (to
enable), memberikan kesempatan (to
allow) atau mengizinkan (to permit) melalui inisiatif sendiri atau yang dipicu
oleh orang lain (Mulyadi, 2007).
Pemberdayaan karyawan
adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan (planning), mengendalikan (controlling) dan membuat keputusan atas
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi
secara eksplisit dari manajer diatasnya (Hansen & Mowen 2007). Spreitzer (1995) mendefinisikan pemberdayaan
sebagai suatu proses dimana individu mempunyai kekuasaan untuk berpartisipasi
secara langsung untuk mengendalikan dan mempengaruhi suatu kejadian yang
memiliki efek langsung terhadap kehidupannya. Gibson (1995) mendefinisikan
pemberdayaan karyawan (individual
empowerment) sebagai pemberian kesempatan dan dorongan kepada para karyawan
untuk mendayagunakan bakat, ketrampilan-ketrampilan, sumberdaya-sumberdaya, dan
pengalaman-pengalaman mereka untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu.
Menurut Carver (1993) dalam Suryana (2009), pemberdayaan merupakan suatu proses pembentukan
lingkungan dan struktur yang baik sehingga seseorang dapat memberikan
kontribusi secara penuh melalui keterampilan terbaiknya.
Pemberdayaan karyawan diidentifikasikan dengan banyak karakteristik dalam
berbagai literatur. Pemberdayaan sebagai motivasi, komitmen dalam bekerja,
inisiatif dan fokus dalam penyelesaian pekerjaan (Block, 1987; Kizilos, 1990;
Thomas & Velthouse, 1990) dalam Light (2004) yang lain menambahkan bahwa
pemberdayaan karyawan sebagai suatu aset yang berharga bagi organisasi (Quinn & Spreitzer, 1997). Banyak juga yang menyamakan
pemberdayaan dengan pelibatan karyawan, seperti yang dikemukan oleh Conger & Kanungo (1988),
Daftar pustaka
Conger,
J. A. Y. A., & Kanungo, N. (1988). Empowerment Process : The Theory and
Practice Integrating. The Academy of Management Review, 13(3),
471–482. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/258093
Hansen, D. R., & Mowen,
M. M. (2007). Management Accounting. (J. W. Coulhon, Ed.) (8th ed., pp.
5–6). United States of Amerika: Rob Dewey. Retrieved from
http://books.google.co.id/books?hl=id&id=K2Nbp7xKXjcC&q=empowerment#v=snippet&q=empowerment&f=false
Light, J. N. (2004). The
Relationship aand effect of Employee Involment, Employee Empowerment, And
Employee Satisfaction by Job-Type in a Large Manufacturing Enviroment. Business.
Capella University.
Mulyadi. (2007). Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. (M. Budiarti, Ed.) (edisi 3., pp.
135–280). Indonesia: Penerbit Salemba Empat.
Quinn, R. E., &
Spreitzer, G. M. (1997). The Road To Empowerment: Seven Question Every Leader
Should Consider. Organization Dynamic, 37–49.
Spreitzer, G. M. (1995).
psychological empowerment in workplace: dimensions, measurement, and
validation. Academy of Management Journal, 38(5), 1442–1465.
Suryana. (2009). Seri
Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung, Indonesia: Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus