Robert J. Eaton,
seorang Chief Executive Officer di Chrysler Corporation mengatakan ”The only way we can beat the competition is with people”. Sebuah
penekanan yang mengindikasikan pentingnya sumber daya manusia yang dimiliki
organisasi. Paradigma baru yang mempunyai karakteristik kecepatan, inovasi,
putaran yang cepat, kualitas dan kepuasan pelanggan, sangat membutuhkan sumber
daya manusia yang kompeten (Kreitner & Kinicki
2009).
Manusia merupakan
pelaku utama organisasi. Tujuan
organisasi adalah untuk kepentingan manusia, akan tetapi masalah
utama organisasi juga terletak pada
manusianya. Oleh karenanya sumber daya manusia harus dikelola secara maksimal (Kaswan, 2012). Manusia merupakan
modal utama dan spesifik yang dimiliki
organisasi yang harus belajar untuk menjadi lebih kreatif, inovatif, dan lebih
bertanggungjawab atas tugas yang diemban. Untuk itu organisasi harus
memberdayakan (empowerment) sumber
daya manusia yang dimiliki (karyawan).
Employee empowerment merupakan pemberian wewenang kepada karyawan untuk
merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan atas pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya, tanpa harus mendapat otorisasi secara eksplisit dari manajer
diatasnya (Mulyadi 2007). Organisasi yang bergerak di bidang barang dan jasa
dalam menghadapi era globalisasi, smart
technology, dan fokus pada kepuasan konsumen memerlukan pemberdayaan
karyawan untuk sukses bersaing di masa depan. Sebuah studi di perusahaan besar
menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan akan menciptakan produktivitas kerja dan
kepuasan karyawan sehingga tercipta keterikatan dan komitmen organisasi yang
akan berdampak terhadap kepuasan konsumen dan ketahanan organisasi (Mushipe & Gardens,
2011; Sarwar & Khalid, 2011; Wickisier, 1997)
Perkembangan rumah
sakit saat ini mengalami reformasi. Adanya globalisasi ekonomi memperluas
persaingan di bidang pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit juga ikut bersaing dengan pengobatan tradisional (dukun
dan tabib) (Trisnantoro, 2009). Penerapan Badan Layanan Umum di rumah sakit pemerintah memberikan
peluang untuk maju dan berdaya saing dengan fleksibilitas dan otonomi pengelolaan
(Thabrany, 2005). Adanya regulasi peningkatan mutu pelayanan dengan
akreditasi berbasis standar Joint Commision
International (JCI) yang berfokus pada keselamatan pasien (pasien safety) yang telah diluncurkan
bulan Maret 2012 oleh Menteri Kesehatan semakin meningkatkan tuntutan akan
pelayanan yang bermutu (Kars, 2012). Informasi dan telekomunikasi yang mudah di akses juga
meningkatkan tuntutan masyarakat akan mutu layanan rumah sakit. Berbagai
perubahan itu harus disikapi dengan baik oleh rumah sakit selaku pelaku
pelayanan kesehatan. Sumber daya manusia yang dimiliki rumah sakit juga harus
mampu dioptimalkan melalui pemberdayaan karyawan (employee empowerment) sehingga menjadi karyawan yang kreatif,
inovatif serta mempunyai kinerja yang tinggi.
Penelitian
pada perawat di kesehatan masyarakat di
Taiwan menyatakan bahwa pemberdayaan terkait dengan perilaku inovasi dan
produktivitas kerja perawat (Chang & Liu, 2008). Penelitian lain yang dilakukan pada perawat di Malaysia
dan Inggris, menemukan bahwa pemberdayaan berpengaruh terhadap kepercayaan
organisasi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi (Ahmad & Orange, 2010). Pada pemberdayaan perawat di China menunjukan, hubungan negatif antara pemberdayaan perawat
dengan intensitas turnover (Cai & Zhou, 2009). Dampak
pemberdayaan lainnya adalah yang dihasilkan dari studi pada perawat di dua
rumah sakit di Italia, yang menunjukkan bahwa pemberdayaan dapat pula
mengurangi stres pekerjaan (Lautizi, et al, 2009).
Penelitian
pemberdayaan telah banyak dilakukan di luar negeri, termasuk di pelayanan
kesehatan khususnya rumah sakit. Kebanyakan penelitian dilakukan terhadap perawat,
sebagai sumber daya manusia mayoritas di pelayanan kesehatan. Akan tetapi, belum banyak ditemukan penelitian yang dilakukan
pada tenaga pendukung manajerial (struktural). Sumber daya manusia di bagian
manajemen (struktural) memegang peranan penting dalam menjalankan sistem
pelayanan di rumah sakit. Tenaga manajemen (struktural) mempunyai tugas dan
kewenangan yang beragam seperti membuat pereencanaan, merekap dan membuat
laporan, mengadakan perlengkapan baik alat tulis maupun perlengkapan kesehatan,
mengatur diklat dan pelatihan, dan laporan keuangan maupun pembagian jasa
seluruh karyawan serta yang lainnya.
Daftar pustaka
Ahmad,
N., & Orange, N. O. (2010). Empowerment , job satisfaction and
organizational commitment : a comparative analysis of nurses working in
Malaysia and England. Journal of Nursing Management, 18, 582–591.
doi:10.1111/j.1365-2834.2010.01093.x
Cai, C., & Zhou, Z.
(2009). Structural empowerment , job satisfaction , and turnover intention of
Chinese clinical nurses. Nursing and Health Sciences, 11,
397–403. doi:10.1111/j.1442-2018.2009.00470.x
Chang, L., & Liu, C.
(2008). Employee empowerment , innovative behavior and job productivity of
public health nurses : A cross-sectional questionnaire survey. International
Journal of Nursing Studies, 45, 1442–1448.
doi:10.1016/j.ijnurstu.2007.12.006
Kars. (2012). Menkes
Meluncurkan Akreditasi RS 2012 Dan e- Accreditation. Indonesia. Retrieved from
http://www.kars.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91:menkes-meluncurkan-akreditasi-rs-2012-dan-e-accreditation-&catid=471:berita
Kaswan. (2012). Manajemen
Sumber Daya Manusia untuk keunggulan bersaing organisasi (edisi pert.).
Indonesia: Graha ilmu.
Kreitner, R., & Kinicki,
A. (2009). Organizational Behaviour (seventh ed., p. 704 hal). arizona
state university: McGraw-Hill/ Irwin.
Lautizi, M., Laschinger, H.
K. S., & Ravazzolo, S. (2009). Workplace empowerment, job satisfaction and
job stress among Italian mental health nurses: an exploratory study. Journal
of nursing management, 17(4), 446–52.
doi:10.1111/j.1365-2834.2009.00984.x
Mulyadi. (2007). Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. (M. Budiarti, Ed.) (edisi 3., pp.
135–280). Indonesia: Penerbit Salemba Empat.
Mushipe, Z. J., &
Gardens, M. (2011). Employee Empowerment and Job Satisfaction : A Study of the
Employees in the Food Manufacturing Sector in Zimbabwe realized organizational
benefits from their empowerment initiatives . Contextualization of employee
involvement In this study employee involv. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, 3(8), 18–42.
Sarwar, A., & Khalid, A.
(2011). Impact of Employee Empowerment on Employee ’ s Job Satisfaction and
Commitment with the Organization. interdiscliplinary journal of contemporary
research in business, 3(2), 664–684.
Thabrany, H. (2005). Rumah
Sakit Publik Bebentuk BLU : Bentuk Paling Pas. jurnal MARSI, 0–19.
Trisnantoro, L. (2009). Memahami
Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumahsakit (edisi ke-4.).
Yoyakarta, Indonesia: Gadjah Mada University Press.
Wickisier, E. L. (1997). The
paradox of empowerment - a case study. Empowerment in organization, 5(4),
213–219. Retrieved from http://dx.doi.org/10.1108/14634449710195480
Tidak ada komentar:
Posting Komentar