a.
Konsep
Pemberdayaan Karyawan
Konsep pemberdayaan
telah digunakan oleh berbagai organisasi besar sejak tahun 1960an namun secara
teori baru muncul pada buku manajemen dan prilaku organisasi pada tahun 1980an.
Secara konseptual
pemberdayaan karyawan dapat dibedakan dalam pemberdayaan struktural dan
pemberdayaan psikologi
1)
Pemberdayaan struktural (structural empowerment)
Pemberdayaan struktural di
perkenalkan oleh Rosabeth Moss Kanter. Pandangan lain menyebut ini sebagai
pemberdayaan organisasi. Pemberdayaan dalam konsep ini diartikan sebagai proses
mendorong karyawan untuk menetapkan tujuan-tujuan dari pekerjaan mereka, dan
memberi wewenang yang lebih besar untuk melakukan pengambilan keputusan dalam
lingkup pekerjaan mereka. Tujuan pemberdayaan terfokus
pada meningkatkan keterlibatan (job-involvement) dan kepuasan kerja
karyawan untuk meningkatkan kualitas hasil produksi dan pelayanan (Moorhead
& Griffin, 1995) dalam Sunaryo (2012)
2)
Pemberdayaan psikologi (psychology empowerment)
Pada konsep ini, pemberdayaan memakai sudut pandang psikologi karyawan.
Diperkenalkan oleh Gretchen M Spreitzer. Banyak juga yang menyebut ini
pemberdayaan individu. Konsep ini menekankan pemberdayaan pada tinjauan aspek-aspek
sumber daya manusia. Wood, Wallace dan
Zeffane (2001) dalam sunaryo (2012) mengemukakan bahwa
pada hakekatnya pemberdayaan adalah pengembangan mentalitas
“mampu berkarya” yang
positif dalam diri
karyawan (creating a positive
“can do” mentality
among employees). Mentalitas
“mampu berkarya” ini tumbuh dari keyakinan diri para karyawan akan
kemampuannya untuk berkarya pada pekerjaannya (self-efficacy). Keyakinan ini ditumbuhkan melalui proses pengembangan kompetensi-kompetensi karyawan,
pemberian dorongan dan
persuasif terus menerus,
serta dukungan emosional
dan keteladanan (modelling) dari
para pimpinan di dalam kancah kegiatan kerja para karyawan sehari-hari
like it
BalasHapus