Pemberdayaan
karyawan (employee empowerment)
merupakan suatu proses menjadikan
karyawan memiliki daya dalam bekerja sehingga mengeluarkan kemampuannnya secara
maksimal dengan dipicu ataupun inisiatif diri sendiri.
Pembagian tugas merupakan bahan baku dasar dalam
pengelolaan sumberdaya manusia di organisasi, dimana suatu jabatan dijelaskan
dan diberikan batasan. Pembagian tugas inilah yang dijabarkan dalam uraian
tugas. Uraian Tugas adalah adalah penyataan tertulis yang menjelaskan
tugas-tugas, kondisi kerja dan aspek-aspek lainnya dari suatu jabatan tertentu 9. Uraian tugas
menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan
bagi pejabat yang memegang jabatan itu. Uraian tugas yang kurang jelas akan
mengakibatkan seorang karyawan kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.
Hal ini mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak beres. Disinilah letak pentingnya
peranan uraian tugas dalam setiap
organisasi10
Herry
(1998) memberikan definisi kompetensi sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang
didapat dari pendidikan dan atau pelatihan. Kompetensi (competency) merupakan kemampuan dan kecakapan karyawan untuk
melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Kompetensi yang sesuai dengan tugas dan tujuan
organisasi merupakan proses awal dalam memberdayakan karyawan 11. Seorang
karyawan yang mendapat tugas sesuai
pendidikan, tugas akan mampu dilaksanakan dengan lebih baik dikarenakan
karyawan telah mengetahui apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan tugas dan
hasil yang akan diperoleh. Berbeda dengan tugas yang tidak sesuai dengan
pendidikan, karyawan perlu waktu untuk mempelajari cara yang harus dilakukan
dan hasil yang ingin dicapai. Perlu waktu untuk menjadikan karyawan mengetahui,
mengerti dan memahami pekerjaan terkait tugas tersebut sehingga hasil yang
didapatkan kurang maksimal.
Memberdayakan
karyawan bukan mengikat tetapi memberikan karyawan kebebasan dan keleluasaan
dalam bekerja12. Sistem di
birokrasi (tata pemerintahan) yang penuh dengan aturan dan ancaman (punishment) memberi sedikit fleksibilitas bagi kalangan
birokrat (PNS) dalam melaksanakan tugas, mobilitas karir dan implementasi
rencana-rencana insentif 13. Adanya
peraturan dan perundangan yang mengikat juga menjadi penyebab sedikitnya
partisipasi dan keterlibatan karyawan dalam berbagai kegiatan termasuk
penyediaan sumber daya yang diperlukan rumah sakit. Partisipasi dan keterlibatan langsung
karyawan dalam program akan meningkatkan efektifitas organisasi. Karyawan
merasa diberdayakan dan meningkatkan komitmennya terhadap organisasi 14. Sebagaimana di
buktikan dalam penelitian 15 yang menemukan
bahwa partisipasi akan meningkatkan kepuasan, dan partisipasi berhubungan
positif dan siginfikan terhadap kinerja 16.
Di
Indonesia, budaya masyarakat menempatkan seorang perempuan mempunyai peran
utama sebagai ibu rumah tangga. Perempuan mempunyai tanggung jawab lebih besar
terhadap kondisi keluarga secara sosial tradisional, sehingga muncul
pertentangan antara kepentingan keluarga dan kerja (work-family conflict) 17. meskipun work-family
conflict disadari merupakan masalah bagi laki-laki maupun perempuan, secara
psikologi perempuan bekerja yang memiliki keluarga mempunyai tanggung jawab
tambahan. Seorang wanita profesional yang telah menikah dan memiliki status
karir yang sama dengan suaminya, tetap
menghadapi pola tradisional yang tidak seimbang dalam tugas menjaga anak dan
pekerjaan rumah tangga sehari-hari 18.
Pembentuk kinerja menurut Robbins (1996) adalah fungsi
dari ability, motivation dan opportunity. Peluang/kesempatan yang
jelas, transfaran dan besar akan memicu karyawan untuk bekerja maksimal untuk
mendapat hasil yang memuaskannya. Peluang yang kecil akan menyebabkan karyawan
hanya menunjukan kinerja apa adanya.
Peluang
karir merupakan bagian dari strategi organisasi untuk memotivasi karyawannya.
Manusia merupakan makhluk unik yang mempunyai pikiran, perasaan, keinginan,
status, dan latar belakang pendidikan yang dibawa kedalam suatu lingkungan
organisasi perusahaan . Mereka bukan seperti uang, mesin dan materiil yang dapat diatur sepenuhnya dalam mendukung
tercapainya tujuan organisasi.
Karir
merupakan salah satu bentuk pemenuhan aktualisasi diri dalam kebutuhan dasar
manusia Abraham Maslow. Sedangkan menurut Hezberg’s, karir merupakan salah satu
bentuk motivasional instrinsik seorang karyawan dalam bekerja. Sementara Vroom
memperkenalkan “teori harapan” dan meningkatkan karir merupakan suatu bentuk
pengakuan dan penghargaan yang diharapkan seorang karyawan dalam bekerja.
Temuan dalam penelitian ini yaitu adanya persepsi sebagian karyawan yang
negatif terhadap peluang karir. Persepsi ini muncul dikarenakan mayoritas
karyawan adalah PNS yang pelaksanaan tugasnya
banyak dipengaruhi oleh tekanan politik dan kekuasaan eksekutif. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Mashuri (2007) yang menemukan
bahwa adanya penetrasi politik dalam menentukan jabatan struktural di kalangan
birokrasi.
Kinerja
birokrasi di saat otonomi sekarang ini menjadi sorotan tajam masyarakat.
Peluang Karir yang sedikit karena masih di pengaruhi kegiatan politik dan
sistem tata pemerintahan yang masih spoil
system (rasa suka-tidak suka, kekeluargaan, balas jasa) sehingga banyak
ditemukan pejabat yang kurang memenuhi persyaratan jabatan seperti ketrampilan,
pengetahuan, peran sosial, citra diri, sikap atau perilaku, dan motivasi 19,20.
“Training helps employee
do their current jobs, the benefits of training may extend throughout a
person’s carreer and help develop that person’s for future responsibilities”
9 Pada penelitian
ini, ditemukan ketidaksesuaian pekerjaan dengan kompetensi dan sedikitnya
peluang mengikuti pelatihan di bagian manajemen RSUD dr. H. Mohamad Rabain.
Ketidaksesuaian kompetensi (pendidikan) dapat diatasi dan dikurangi dengan
mengikutkan karyawan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap karyawan dalam bekerja.
Banyak
ditemukan di instansi pemerintahan, pelatihan masih dikelolah dengan sistem “kantor pos” sehingga tujuan pelatihan
tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi 21. Pelatihan
sebagai bagian dari continuing
professional development (CPD) karyawan untuk dikelolah dengan baik agar
tercapai tujuan yang ingin dicapai dari suatu pelatihan. Organisasi sangat
membutuhkan SDM yang kompetensinya terus berkembang untuk menghadapi perubahan
dari berbagai sektor di era globalisasi saat ini. Berbagai penelitian
menunjukan adanya hubungan yang positif dan signifikan pelatihan dengan kinerja 22,23.
Daftar
Pustaka
1. Trisnantoro,
L. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumahsakit. (Gadjah
Mada University Press: Yoyakarta, Indonesia, 2009).
2. Thabrany, H. Rumah Sakit
Publik Bebentuk BLU : Bentuk Paling Pas. jurnal MARSI 0–19 (2005).
3. Kars Menkes Meluncurkan
Akreditasi RS 2012 Dan e- Accreditation. (2012).at
4. Mulyadi Sistem
Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. 135–280 (Penerbit Salemba Empat:
Indonesia, 2007).
5. Wickisier, E. L. The
paradox of empowerment - a case study. Empowerment in organization 5,
213–219 (1997).
6. Mushipe, Z. J. &
Gardens, M. Employee Empowerment and Job Satisfaction : A Study of the
Employees in the Food Manufacturing Sector in Zimbabwe realized organizational
benefits from their empowerment initiatives . Contextualization of employee
involvement In this study employee involv. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business 3, 18–42 (2011).
7. Sarwar, A. & Khalid, A.
Impact of Employee Empowerment on Employee ’ s Job Satisfaction and Commitment
with the Organization. interdiscliplinary journal of contemporary research
in business 3, 664–684 (2011).
8. Yin, R. K. Studi Kasus:
Desain & Metode. (Rajawali Pers: Jakarta, 2012).
9. Werther, W. B. & Davis,
K. Human Resources And Personnel Management. 628 hal (Mc Graw Hill
series in Management: Pennsylvania State University, 1989).
10. Hasibuan, M. S. Manajemen
Sumber Daya Manusia. (Bumi Aksara: Jakarta, Indonesia, 2007).
11. Kanter, R. M. Men and
Women of the corporation. 277–324 (Basicbooks: 387 park avenue south, New
York, 1993).at
12. Quinn, R. E. &
Spreitzer, G. M. The Road To Empowerment: Seven Question Every Leader Should
Consider. Organization Dynamic 37–49 (1997).
13. Kimsean, Y. Produktivitas
Kerja Pegawai Pada Birokrasi. Memahami Good Governance Dalam Perspektif
Sumber Daya Manusia 319–350 (2011).
14. Lashley, C. Towards an
understanding of employee empowerment in hospitality services. International
Journal of Contemporary Hospitality Management 7, 27–32 (1995).
15. Nurika Restuningdiah
Pengaruh partisipasi terhadap kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem
informasi dengan kompleksitas tugas, kompleksitas sistem, dan pengaruh pemakai
sebagai moderating variable. (1999).
16. Verawati, Y. & Utomo, J.
Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi dan Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. Bank LIPPO Kudus. Analisis Manajemen 5, (2011).
17. Triaryati, N. Pengaruh
Adaptasi Kebijakan Mengenai Work Family Issue Terhadap Absen Dan Turnoverer. jurnal
manajemen dan kewirausahaan 5, 85–96 (2003).
18. Frone, M. R. Work-family
conflict and employee psychiatric disorder: The national comorbidity survey. Journal
of Applied Psychology 85, 888–895 (2000).
19. Mashuri Penetrasi Politik
Dalam Rekruitmen Elit Birokrasi Studi Kasus Penataan Jabatan Struktural di
kabupaten Kendal. (2007).at
20. Arman, S. Proses
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural ( Suatu Penelitian
di Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang ) ( A study at the Department of
Education Sintang Regency ). Jurnal Ilmiah Imu Sosial dan ilmu politik
Universitas Tanjung Pura 01, 1–23 (2013).
21. Pella, D. A. Membangun
Pelatihan Berbasis Kompetensi. (2011).
22. Wardhana, L. Analisis
Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, Pendidikan dan Pelatihan Terhadap
Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Ekonomi
manajemen dan Bisnis (EMAS) 2, (2008).
23. Amirullah Pengaruh Motivasi,
Pelatihan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Probolinggo. Dialektika 01, (2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar