Senin, 19 November 2018

AKREDITASI ADALAH MEMBANGUN SISTEM

ketika pertama kali penulis "berkenalan" dengan akreditasi, persepsi penulis hampir sama dengan semua orang yang menganggap ini hal imposible, susah pake banget, berat, .. hanya untuk puskesmas di pulau jawa yang sudah lengkap sarana prasarana dll.. namun setelah semakin didalami dan berjalannya waktu.. ternyata ini bukan hal yang se--ekstrim itu.. tidak semenakutkan dalam persepsi..
Gampang donk.. Nggak juga
Mudah banget... siapa bilang
lalu apa donk?

Akreditasi adalah seni membangun sebuah sistem pelayanan yang berkualitas..  kenapa saya bilang seni?.. iya seni.. dikarenakan untuk membangun sebuah sistem memerlukan sebuah kemampuan yang unik, penuh kreatifitas dan inovatif..  unik dikarenakan dengan standar yang sama, puskesmas yang dikunjungi membuat sistem yang berbeda.. kreatif dikarenakan perlu kemampuan orang-orang yang mampu melihat situasi dan memanfaatkan sumber daya yang ada, dan inovatif dikarenakan merupakan sesuatu hal yang baru ditempat kerja mereka ketika penemuan ini diterapkan.
sebagai suatu seni, tentu banyak persepsi yang muncul ketika sebuah sistem dibangun di puskesmas dengan hasil yang tidak terduga..



Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis daerah pelayanan kesehatan paling utama dan ujung tombak dalam menciptakan dan menaikan derajat kesehatan masyarakat diwilayahnya. sejogjanya pelayanan yang diberikan mampu memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat diwilayahnya. sosial budaya dan adat istiadat, typikal, serta prilaku masyarakat tentu lebih mudah dipahami oleh Puskesmas dan tenaga kesehatan yang dimilikinya. karakteristik masyarakat yang heterogen, berbeda antara tempat yang satu dan yang lainnya, inilah yang mestinya dipahami puskesmas dan sumber daya yang dimilikinya. sehingga upaya upaya yang muncul dapat lebih kreatif dan inovatif menyesuaikan kondisi dan karakteristik masyarakat yang berada diwilayahnya. ini seperti pepatah "Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit dijunjung"

Puskesmas juga memiliki sumber daya yang beragam. tentu tidak dapat disamakan satu puskesmas dengan puskesmas lainnya.  jangankan se-INDONESIA, pada satu kabupaten yang penhulis amati selaku pendamping juga memberikan gambaran perbedaan Puskesmas. beda kepemimpinan, beda karakteristik wilayahnya, juga beda perilaku tenaganya. ada Puskesmas yang lengkap sarana, tenaga maupun penunjangnya, di daerah perkotaan juga.. yang terbayang adalah Puskesmas tersebut mampu memberikan pelayanan yang komprehensif, namun yang terjadi adalah sebaliknya. ada Puskesmas, diujung berung (daerah pelosok dan sulit dijangkau) sarana dan prasarana seadanya, namun dapat memberikan sautu tauladan dalam pelayanan yang diberikan. lalu apa yang salah, pemimpinnyakah, tenaga SDMkah? ataukah Dinas Kesehatan yang menjadi supervisor dan regulatornya?..
sebenarnya tidak ada yang salah, bahkan bisa juga dikatakan semuanya salah.. bingungkan?????
karena jika mencari siapa yang salah, maka akan ditemukan banyak sebab dan banyak sumber kesalahan itu, namun dibalik semua keselahan dan kealfaan, ternyata ada yang mampu memberikan yang terbaik dengan sumber apa adanya. oleh sebab itu, penulis mengatakan tidak ada yang salah dan yang salah adalah semuanya.
Saat ini, penulis merasakan bahwa akreditasi ini lebih melihat kepada dokumen, sapras dan memoles Puskesmas. Pekerjaan yang bisa dilakukan pada waktu tertentu. ungkapan tenaga Puskesmas mereka perlu uang, mwminta contoh dokumen, copy and paste, beli ini dan itu, mempercantik puskesmas, buat taman, dll namun orientasi hanya untuk akreditasi berhasil baik. Namun tidak memahami hakekat akreditasi adalah membangun sistem. Sistem yang akan beroutput pelayanan yang bermutu dan outcomenya meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
kenapa Puskesmas bersikap demikian?
dikarenakan ketika mereka melakukan pengamatan ketika superveyor menilai dan bertugas di suatu Puskesmas. surveyornya mengejar dokumen, harus memenuhi elemen penilaian sesuai standar, harus ada per EP dokumennya.. kalo tidak ada nilainya NOL,, itu yang  mereka ungkapkan.. Pendamping Pun menekan kami supaya EP ini ada? EP itu seperti ini tanpa menjelaskan apa yang mesti dibangun pak.. katanya bangun sistem, tapi kami dikejar dokumen sesuai EP..malahan ada yang mengatakan kalo kita tidak bisa membangun sistem saat ini, prosesnya lamaaa.. yang penting masing masing EP ada dokumennya.. asal jangan NOL... itulah ungkapan Puskesmas ke penulis.
Sistem itu mesti dibangun, EP yang dinilai sebenarnya adalah standar dari suatu sistem yang telah terbangun. sebagai sebuah contoh di UKM "seorang pengelolah kegiatan Promkes melakukan survei dan menemukan bahwa 90% laki-laki penduduk diwilayahnya adalah perokok, kemudian ia bermusyawarah dengan masayarakat suatu desa yang perokok aktifnya lebih banyak, dan Pemerintah desa sangat menginginkan dan mendukung upaya mengurangi perokok di wilayahnya. Pengelolah Promkes dan Pemerintah desa serta para tokoh masyarakat bersepakat untuk bersama sama memerangi dan memberantas rokok di desa tersebut. dana nya dibantu dari dana desa dan Perusahaan di wilayah tersebut, kegiatananya yaitu membuat acara jalan sehat kelilingi desa dgn tema anti rokok, membangun banner anti rokok  tiap lingkungan, Penyuluhan setiap jumat di masjid-masjid tentang bahaya rokok dan upaya lainnya yang disepakati.. sehingga dalam suatu periode masyarakat desa tersebut bebas dari rokok.. ini idealnya sebuah kegiatan dilaksanakan. dan untuk membuktikannya diperlukan sebuah dokumen dari surveinya, dari musyawarahnya, dari analisisnya, dari kesepakatannya, dari dukungan perushaannya, dari kegiatan yang dilaksanakan dan hasilnya yang dicapai.. tergambar dalam sebuah laporan pengelolah Promkes tersebut. SISTEM INILAH YANG INGIN DIBANGUN !!! baca lagi poting terdahulu..;-)
BUKAN DOKUMEN YANG MESTI ADA!
bagaimana kami baru tahap kesepakatan dengan masyarakat..
TIDAK APA APA, BUKTIKAN DAN LANJUTKAN.. 3 TAHUN DARI SEKARANG SUDAH MESTI ADA HASILNYA..!
ada EP ttg INOVASI pak.. apa yang mesti kami lakukan?
yang tadi dilakukan adalah INOVASI, perubahan sekecil apapun untuk meningkatkan kinerja kegiatan itu INOVASi, pelibatan pemerintah desa dan Tokoh Masyarakat dalam kegiatan itu INOVASI, ada perusahaan yang terlibat itu INOVASi.. tinggal diberi nama tuk kegiatan itu.. misal BERSAMA PT.ANU MEMBRANTAS ROKOK.. (BePAMER) atau DESA HARAPAN TANPA ROKOK => HARAPAN TANPA ROKOK (HTR)
judul untuk lebih menarik dan bernilai keingintahuan yang membancanya serta mudah diingat..
sudah dulu ya.. semoga harapan kita pelayanan yang bermutu dengan terbangun nya sistem PDCA di Puskesmas dapat terwujud.. BERSAMA KITA BISA!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar